1.PENGERTIAN
SEJARAH
Sejarah adalah ilmu yang
mempelajari tentang peristiwa yang terjadi di masa lampau dengan menggunakan
disiplin ilmu yang metodologis untuk mengungkap
fakta sehingga dapat bersifat objektif . Sejarah menceritakan
tentang peristiwa yang di alami oleh
manusia dalam perspektif tertentu sehingga dapat dijadikan acuan kehidupan
sebagai suatu pandangan untuk perbaikan dikehidupan atau masa yang akan datang.
2.
PENGERTIAN
SEJARAH MENURUT BEBERAPA SEJARAWAN
1.IBNU KHALDUN
Sejarah
adalah catatan masyarakat umat
manusia atau peradaban dunia
tentang :
1. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada watak itu, seperti keliaran, keramah-tamahan dan
solidaritas golongan;
2. Revolusi-revolusi
dan pemberontakan-pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan yang
lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara- negara dengan
tingkat bermacam-macam; macam-macam dan kedudukan orang, baik untuk mencapai
penghidupannya maupun dalam bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan
3. Segala
perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri.
2.HERODOTUS
Sejarah itu tidak berkembang kearah masa depan
dengan tujuan pasti, namun bergerak seperti lingkaran yang
tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia.
3.SIDI GAZALBA
Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia
dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap
meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi
pengertian dan kefahaman tentang apa yang telah berlalu.
4.ARISTOTELES
Sejarah
berhubungan dengan hal-hal partikular dan hal-hal yang sudah terjadi
5. W.H. WALSH
Sejarah
itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia.
Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di
masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
6. COLINGWOOD
Sejarah merupakan ilmu atau suatu jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan tentang masalah tindakan manusia pada masa lalu.
7. EDWARD HARLOTT CARR
Sejarah
adalah proses interaksi antara sejarawan dengan fakta-fakta yang ada padanya, suatu dialog
tiada henti-hentinya
antara masa sekarang dengan masa silam.
8. ROESLAN ABDULGANI
Ilmu
sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki
secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa
lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara
kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan
perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah
proses masa depan.
9. MOH. YAMIN
Sejarah
adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa
peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.
10. R. MOH. ALI
Moh. Ali
dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia, mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut:
1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam
kenyataan di sekitar kita.
2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa
dalam kenyataan di sekitar kita.
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan,
kejadian, dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
11. SARTONO KARTODIRJO
Sejarah
dibatasi oleh dua pengertian, yaitu sejarah dalam arti subjektif dan sejarah
dalam arti objektif. Dalam arti subjektif, adalah bentuk yang disusun oleh
penulis sebagai sebagai suatu uraian atau cerita. Dalam arti objektif menunjuk
kepada kejadian atau peristiwa sejarah itu sendiri, terlepas dari unsur-unsur
subjektif penulisnya.
12. KUNTOWIJOYO
Sejarah
memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu, membicarakan dalam
rentang waktu. Sejarah bersifat ideografis, karena sejarah selalu menggambarkan,
menceritakan, dan memaparkan sesuatu. Sejarah bersifat unik, karena peristiwa
sejarah hanya terjadi pada saat dan waktu tertentu, tidak terulang lagi dan
hanya sekali terjadi. Sejarah juga bersifat empiris, artinya sejarah bersandar
pada pengalaman manusia yang sebenarnya.
3.KATA SEJARAH DIANALOGIKAN DENGAN
SYAJARATUN
Kata sejarah diadopsi dari bahasa Arab, yaitu
dari kata Syajaratun yang
artinya pohon, yang
di gunakan untuk melambangkan
silsilah orang-orang besar atau
orang-orang yang memiliki peranan dalam kehidupan .
Dikatakan demikian, karena dulunya sejarah merupakan cerita yang mengisahkan
silsilah orang-orang besar di kalangan
bangsa arab. Mereka mengenal juga kata syajarah annasab, artinya pohon
silsilah. Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul
keluarga raja/dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah
sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh
dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Pohon yang terus berkembang dari akar
sampai ke ranting yang terkecil.
Juga dapat di
deskripsikan bahwa pohon
merupakan suatu simbol, yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat
bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari
pohon itu memiliki hubungan yang saling terkait dan membentuk pohon tersebut
menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif, tidak pasif . Dengan adanya lambang pohon itu,
dapat menunjukkan adanya suatu pertumbuhan dan perkembangan. Begitu pula
dengan sejarah akan terus berkembang seiring dengan perdaban kehidupan manusia.
Kalau kita
kaitkan pengertian syajaratun dengan
kehidupan manusia yang merupakan objek sejarah, dapatlah mengandung arti bahwa
manusia itu hidup akan terus bergerak tumbuh seiring perjalanan waktu dan
tempat atau ruang di mana dia berada. Kehidupan bukanlah sesuatu yang diam atau
statis, tetapi sesuatu yang terus-menerus tumbuh dan berkembang. Kesinambungan manusia dalam
kehidupannya diikat oleh waktu dan ruang. Ada masa lalu, masa sekarang, dan
masa yang akan dating. Ketiga-tiganya menunjukkan adanya kesinambungan. Masa lalu
akan menentukan masa sekarang, dan masa sekarang akan menentukan masa depan.Waktu dalam pengertian ini dapat
diartikan jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan bentuk waktu yang lainnya. Ruang adalah tempat di mana manusia
itu tinggal, misalkan di desa, kota, kampung, dusun, dan lain-lain. Dengan
uraian contoh tersebut, dapatlah dinyatakan bahwa ciri penting dari sejarah
adalah adanya konsep waktu dan ruang. Jadi, sejarah pada dasarnya bukan hanya
bicara masa lalu, sejarah pada dasarnya berbicara kehidupan manusia dalam
konteks waktu dan ruang.
4.SEJARAH SEBAGAI KISAH
Sejarah
sebagai kisah sifatnya subjektif dan
objektif karena keduanya tidak dapat dipisahkan dalam penulisan sejarah sebagai
kisah. Sejarah sebagai kisah dapat berupa
narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran penulis terhadap kejadian atau
peristiwa yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah sebagai kisah dapat diulang,
ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Namun Untuk mewujudkan
sejarah sebagai kisah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan
dari sumber sejarah agar lebih
objektif dan kebenarannya dapat dipertanggunjawabkan.
Fakta-fakta yang dijadikan data tersebut kemudian
disusun berdasarkan perkembangannya sepanjang waktu (diakronik) dan dijelaskan menjadi tulisan
sejarah (historiografi). Dalam mengeksplanasikan (menjelaskan) fakta sejarah maka pasti melalui tahap interpretasi .
Interpretasi (intepretation) merupakan pemberian pemaknaan, penilaian terhadap
suatu hal. Semua
tulisan sejarah tentu tak lepas dari hasil interpretasi yang diberikan oleh
penulis dalam karyanya. Penulis
memasukkan pandangannya, ide-idenya, gagasannya dan sebagainya itu dalam
tulisannya. Interpretasi muncul ketika seorang penulis sudah memiliki data-data
dan ingin menyusun semua data-data itu. Ketika ingin menyusun semua data itu
tentu bukanlah hal mudah karena menulis
sejarah sebagai kisah membutuhkan daya imajinasi
yang tinggi supaya bisa merekontruksi
(menyusun kembali) kejadian masa lampau yang telah
terjadi. Bagaimana memberi hubungan kausalitas (sebab-akibat) sehingga tersusun
historiografi yang kritis untuk menjawab pertanyaan why (mengapa) dan how
(bagaimana). Kedua pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan kritis yang
membutuhkan analisis yang mendalam yang harus dilihat dari hubungan
kausalitasnya. Maka dari sinilah intepretasi menjadi mutlak dibutuhkan dalam
memberikan makna supaya lebih hidup dalam suatu historiografi sejarah.
Mengenai obyektivitas yang bisa ditunjukkan oleh
para sejarawan atau para ahli sejarah yaitu,
bahwa sejarah ditulis berdasarkan metode-metode
sejarah. Sejarah merupakan sebuah ilmu. Sejarah memiliki metode sendiri karena syarat sejarah sebagai
ilmu yaitu sejarah bersendi pada pengetahuan sejarah yaitu peristiwa. Kemudian
syarat kedua adalah memiliki metode yaitu metode sejarah yang berisi heuristik,
kritik, intepretasi, historiografi. Sejarah
sebagai ilmu juga harus sistematis, bahwa
sejarah ditulis secara sistematis berdasarkan hubungan kausalitas dan diakronik
sehingga jelas dan mendalam. Kebenarannya tergantung
pada metode yang digunakan dan
seberapa akurat metode tersebut dipergunakan. Jika metode itu benar-benar dijalankan
secara akurat tentu akan mengurangi unsur subyektivitas seorang penulis.
Bagaimana seorang penulis harus mencari berbagai sumber yang relevan baik
primer maupun sekunder, kemudian setelah itu melakukan kritik baik intern
maupun ekstern, kemudian intepretasi dilakukan setelah sumber-sumber data yang
didapat telah melalui tahap-tahap sebelumnya sehingga mengurangi unsur
penyimpangan yang dimungkinkan jauh dari harapan, baru setelah itu tahap
penulisan melalui eksplanasi sehingga terwujud tulisan historiografi. Tetapi
tetap saja bahwa obyektivitas dalam sebuah karya manusia dalam hal ini adalah
tulisan sejarah harus diperrtanggungjawabkan sebaik dan sebenar mungkin.
Semakin kritis dan prosedural dalam penggunaan metode sejarah yang mampu dimengerti dengan baik (komprehensif) maka semakin besar
pula tingkat kemungkinan obyektivitasnya.
Jadi sejarah sebagai kisah tidak akan pernah
menghilangkan ke subjektivitasannya karena sejarah ditulis berdasarkan
pengembaraan analisis pikiran seorang penulis dalam menceritakan kembali
peristiwa sejarah. Namun disamping kesubjektifitasannya penulis akan tetap
mencari kebenarannya melalui metode-metode yang dimiliki oleh ilmu sejarah
sehinggaa kisah sejarah yang ia tulis akan bersifat obyektif dan kebenarannya
dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu tidaklah mudah untuk menulis sejarah
apalagi untuk membuat kesimpulan yang bersifat umum.
5.OBJEK
STUDI SEJARAH
Objek
studi sejarah adalah manusia yang kaitannya dengan pernyataan hidupnya dan
nasib masyarakat, karena sejarah mengajarkan mengenai keberhasilan dan
kegagalan perjuangan manusia atau suatu bangsa, sistem perekonomian yang pernah
ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan
manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah kita dapat mempelajari kemajuan dan
kejatuhan sebuah negara dan perdaban, juga mempelajari peristiwa politik yang
pengaruhnya pada kehidupan suatu bangsa.
6.
PENGERTIAN DARI “ SEJARAH TANPA SUMBER TIDAK AKAN MENJADI SEJARAH, TAPI
TUMPUKAN SUMBER BUKANLAH SEJARAH
Sejarah
merupakan ilmu yang kebenarannya harus di buktikan dengan sumber-sumber sejarah
baik berupa dokumen, rekaman dan hal-hal yang ditemukan untuk membantu dalam
penyajian kebenaran sutu kisah sejarah. Karena dengan sumber-sumber tersebut
sejarawan dapat merekonstruksi sejarah dengan proses metodologi sejarah agar
tersusun secara sistematis. Namun jika tumpukan sumber sejarah tersebut tidak
diseleksi secara ilmiah maka belum dapat dikatakan sejarah. sumber
itu merupakan sumber lepas dan belum dianggap sejarah semuanya baru merupakan
catatan peristiwa (kronik), dan bukan sejarah. Semuanya baru bisa
dikatakan sejarah setelah dirangkai, disusun oleh seorang sejarawan
7.
HEURISTIK DAN KRITIK
Heuristik adalah suatu teknik, mencari dan mengumpulkan
sumber. Jadi Heuristik dalam metode sejarah adalah
suatu tahap mencari,
mengumpulkan, menghimpun sumber-sumber, jejak-jejak sejarah yang relevan yang
diperlukan untuk dijadikan informasi. Tahap ini merupakan tahap pertama yang
harus dilakukan dalam merekonstruksi peristiwa
masa lampau. Ketika kita akan merekonstruksi masa lampau,
kita harus melakukan pencarian sumber, dalam pencarian sumber perlu diketahui
mengenai jenis-jenis sumber. Sumber dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber
tertulis (dokumen, arsip, surat, buku, koran), sumber benda (foto, makam,
masjid), dan sumber lisan. Berdasarkan asal-usulnya, sumber dapat dibagi
menjadi dua ,
yaitu Sumber primer adalah sumber yang waktu
pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa terjadi. Sumber sekunder adalah
sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa
Penelusuran sumber-sumber ini dapat dilakukan di tempat yang memungkinkan
seperti perpustakaan, arsip nasional/daerah, museum, dan dokumen pribadi atau
lembaga. Tentu saja, sumber yang dicari di tempat-tempat tersebut harus
berkaitan dengan objek atuu peristiwa masa lampau yang hendak direkonstruksi untuk dibuktikan kebenarannya .
Kritik merupakan tahap yang digunakan untuk
mempertimbangan baik buruk nya suatu
hasil karya. Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah
bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai
melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber
itu benar-benar sumber yang diperlukan, apakah sumber itu asli, turunan, atau
palsu. Dengan kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber
(otentisitas). Kritik intern menilai kebenaran
data dalam sumber (kredibilitas). Keaslian sumber (otentisitas) adalah peneliti
melakukan pengujian atas asli tidaknya sumber, berarti ia menyeleksi segi-segi
fisik dari sumber yang ditemukan. Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis,
maka harus diteliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya,
kalimatnya, ungkapannya,kata-katanya, dan hurufnya. Kebenaran sumber (kredibilitas)
yaitu mencari asal muasal sumber berasal karena kesaksian sumber dalam sejarah
adalah faktor terpenting dalam menentukan benar dan
tidaknya bukti atau fakta itu sendiri. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk
menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam
lembaran lepas (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan
kerangka tulisan.
8. MACAM-MACAM
ILMU BANTU SEJARAH
Ilmu bantu sejarah adalah Ilmu-ilmu yang dapat
dijadikan sumber-sumber utama bagi para sejarawan dalam penelitian dan
penyusunan kembali (rekonstruksi) sejarah. Ilmu bantu sejarah memiliki fungsi
sebagai berikut sebagai imu atau alat yang membantu analisis
secara kritis dan ilmiah. Ilmu bantu tersebut berfungsi sebagai pendukung
sejarah .Ilmu bantu sejarah
sangat membantu sejarawan agar karya yang dihasilkan benar-benar ilmiah.
ilmu bantu untuk ilmu sejarah antara lain:
1.
Antropologi
Arkeologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda kuno. Dunia arkeologi
sangat erat kaitannya dengan asumsi tentang rentang waktu yang sangat panjang.
Arkeologi mencakup masa sejarah maupun prasejarah. Arkeologi juga merupakan
ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaannya, yaitu dapat dijelaskan
bahwa manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya dapat menghasilkan
kebudayaan, kebudayaan yang dihasilkan adalah sebuah benda-benda kuno yang
dikaji dalam arkeologi. Jadi dengan
mempelajari arkeologi kita dapat mendapatkan bukti tentang peristiwa sejarah
berdasarkan benda-benda tinggalan pada saat peristiwa tersebut terjadi.
2.
Epigrafi
Epigrafi adalah ilmu bantu sejarah yang menyelidiki
sejarah berdasarkan bahan-bahan tertulis di atas benda yang
keras.Tujuan utama epigrafi adalah pembacaan
tulisan kuno
tanpa kesalahan. Hai ini sangat ditekankan karena tulisan-tulisan kuno itu memang sukar
dibaca oleh berbagai
sebab. Sebab-sebab itu antara lain : (1) huruf-hurufnya rusak karena bahan
prasastinya hangus akibat usia, (2) tiap-tiap periode
bentuk hurufnya mengalami perkembangan, (3) huruf itu sendiri memang sudah
tidak terpakai lagi. Lain pada itu epigrafi juga bertugas menentukan usia, asal tulisan, serta
menentukan kesalahan-kesalahan
yang menyelinap dalam teks kemudian membersihkannya. Jadi dengan mempelajari Epigrafi dapat memberikan
bantuan sejarah dalam menemukan sumber tertulis tentang kapan terjadinya
peristiwa itu.
3. Filologi
Filologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang naskah-naskah kuno. Menurut kamus, istilah filologi
adalah ilmu yang menyelidiki kerokhanian suatu bangsa dengan kekhususannya atau
menyelidiki kebudayaan berdasar bahasa dan kesustraannya.
Filologi menstudi tentang kebudayaan
bangsa yang beradab yang terungkap dalam bahasa, sastra, dan agama mereka.
Pentingnya
sastra bagi sarana penelitian filologi, karena sastra bukan hanya milik bersama
masyarakat, bukan hanya diturunkan lewat generasi, namun sastra juga berfungsi
sebagai media ekspresi ide-ide untuk jangka waktu yang lama, pembentuk norma
bagi generasi sezaman maupun penerus. Sastra menampilkan gambaran kehidupan
yang mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang-orang dan peristiwa yang
terjadi dalam batin manusia. Filologi
sebagai salah-satu ilmu bantu sejarah memberikan bantuan untuk mengenal teks-teks yang berisi informasi menggunakan bahasa asli masa
lampau secara sempurna kemudian menempatkannya
dalam konteks sejarah kebudayaan suatu bangsa.
4.
Ilmu-ilmu sosial
Objek sejarah
yakni manusia yang merupakan makluk sosial memiliki kebudayaan yang tercipta
melalui interaksi sosial, dan Untuk mempelajari masyarakat dan budayanya, maka
seorang peniliti tentu sangat membutuhkan ilmu yang digunakan untuk mempelajarinya.
Ilmu-ilmu social seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, antropologi,
politik menjadi salah satu ilmu yang
penting dalam perkembangan ilmu sejarah. Konsep-konsep ilmu sejarah inilah yang
digunakan sebagai alat untuk mengkaji sejarah yang analitis-kritis serta
ilmiah.
Ilmu-ilmu bantu
ini digunakan sejarawan sebagai sumber utama dalam penyusunan kembali
(rekontruksi) peristiwa sejarah. Untuk merekontruksi peristiwa sejarah,
ilmu-ilmu bantu ini disesuaikan dengan periode dan topik. studi
sejarah yang komphrehensif
dan multidimensional memerlukan bantuan
konsep-konsep ilmu-ilmu sosial untuk menjelaskan suatu gejala sejarah.
9.FUNGSI SEJARAWAN
PADA SUMBER-SUMBER SEJARAH
Fungsi utama sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah
yaitu merekonstruksi Sejarah berdasarkan sumber-sumber yang telah dicari dan ditemukan
melalui proses metode-metode sejarah. Sejarah barulah
menjadi sejarah jika
bahan-bahan sejarah telah dirangkai oleh sejarawan menjadi suatu kisah.
Walaupun bahan-bahannya telah teruji secara ilmiah, namun penulisannya
tergantung dari penafsiran dan imajinasi para sejarawan. Penulisan sejarah
secara imajinatif akan menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih bararti,
serta lebih menarik. Apabila seseorang
menulis (sejarah sebagai kisah), berdasarkan jejak-jejak masa lampau yang
berupa sumber-sumber yang telah diseleksi secara ilmiah, maka sumber itu
merupakan sumber lepas dan belum dianggap sejarah. Hasil penelitian terhadap
sumber-sumber itu barulah menjadi bahan-bahan dalam penyusunan penulisan sejarah
sebagai kisah. Bahan-bahan lepas, daftar atau deretan angka-angka tahun serta
catatan-catatan peristiwa itu semuanya baru merupakan kronik, dan bukan
sejarah. Semuanya baru bisa dikatakan sejarah setelah dirangkai, disusun oleh
seorang sejarawan atau peminat sejarah dengan menggunakan metode sejarah.
Dengan demikian jelas bahwa, meskipun seseorang menulis suatu kisah/sejarah
berdasarkan sumber-sumber yang sama belum tentu hasilnya akan sama. Perbedaan
itu bukan dalam data, ataupun sumbernya, tetapi penafsirannya dan
penyimpulannya
10.
SEJARAH SEBAGAI ILMU DAN SENI
Sejarah sebagai ilmu
adalah suatu susunan pengetahuan tentang
peristiwa dan cerita yang terjadi dalam masyarakat manusia pada masa lampau
yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan
metode, serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar sejarah (sejarawan).
Sejarah sebagai ilmu mempelajari sejarah sebagai aktualitas dan mengadakan
penelitian, serta pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah. Metode dan teori yang dimiliki oleh sejarah berupaya untuk
meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan. Teori
yang dipergunakan Sejarah sebagai
ilmu bersifat empiris dan tetap berupaya
menjaga objektiviatsnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya menghilangkan
subjektifitas.
Sejarah memenuhi persyaratan sebagai ilmu yakni :
1.Memiliki Tujuan
Ilmu memiliki tujuan sendiri untuk membedakan dengan
ilmu yang lain. Artinya, dengan memiliki tujuan, sesuatu ilmu akan dibatasi
oleh objek material atau sasaran yang jelas. objek kajian sejarah adalah
kehidupan manusia masa lampau, yang selanjutnya dapat dikaitkan dengan
kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang sebagai kontinuitas
kehidupan. Sejarah memiliki ruang lingkup yang jelas, yakni apa yang
dipikirkan, dilakukan, dan dirasakan oleh manusia.
2.Memiliki
Metode
Metode
dalam arti yang luas adalah cara atau jalan untuk melakukan sesuatu menurut
aturan tertentu. Dengan menggunakan metode, maka seseorang dapat melakukan
kegiatan secara lebih sistematis.
Dengan demikian kegiatan tersebut bersifat lebih praktis sehingga dapat
mencapai hasil maksimal. Kumpulan pengetahuan yang memiliki metode akan dapat
tersusun secara lebih sistematis, sehingga lebih mudah dipelajari.
Tanpa suatu metode, suatu pengetahuan mengenai apa pun tidak dapat digolongkan
ke dalam ilmu. Sejarah memiliki metode tersendiri dalam kerangka penelitiannya,
yakni metode sejarah meliputi pengumpulan, mengadakan penilaian sumber
(kritik), penafsiran data dan penyajian dalam bentuk cerita sejarah
(historiografi).
3.Pemikiran yang Rasional
Ilmu hanya dapat dipahami dengan akal pikiran yakni
dengan menggunakan penalaran yang sehat. Analisis yang dilakukan terhadap
sejumlah pengetahuan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diterima
oleh aturan-aturan logika untuk mencapai suatu kesimpulan. Proses penyimpulan
itu disebut penalaran. Demikian pula dengan
sejarah, apa yang disajikan dalam bentuk sejarah
diusahakan sejauh mungkin mendekati seperti peristiwanya. Hal ini dapat dilakukan
dengan analisis data secara ilmiah dengan menggunakan rasio.
4.Penyusunan yang
Sistematis
Penyusunan secara sistematis memungkinkan
pengetahuan yang diteliti saling berkaitan dengan bidang ilmu lain sehingga
merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain. Dengan
demikian, berbagai penge-tahuan tersebut tidak saling bertentangan melainkan dapat
runtut dan konsisten. Jadi, yang dimaksud dengan ilmu bukan hanya sekedar kumpulan
pengetahuan yang
terkumpul menjadi satu. Penyusunan
secara sistematis pengetahuan sejarah mulai dari langkah yang pertama
(pengumpulan sumber) sampai dengan yang terakhir (penulisan sejarah sebagai kisah).
5. Kebenaran Bersifat
Objektif
Pengetahuan ilmiah dapat dikomunikasikan dengan
orang lain dan kebenarannya dapat diterima oleh orang lain juga, karena sesuai
dengan kenyataan (objektif). Sejarah sepanjang menyangkut tentang fakta adalah
objektif. Oleh karena fakta sejarah adalah objektif, maka penulisannya harus
berdasarkan fakta tersebut. Dengan demikian, sejarah memiliki kebenaran
objektif. Dengan kriteria seperti tersebut di atas, maka jelas bahwa sejarah
dapat dimasukkan dalam ilmu tersendiri. Jadi ilmu sejarah memperoleh kedudukan
sebagai ilmu setelah berbagai
peristiwa sejarah itu diamati
sebagai suatu permasalahan dengan cara menganalisis hubungan sebab akibat
sedemikian rupa, sehingga dapat ditemukan hukum-hukum sejarah tertentu yang
menjadi patokan bagi terjadinya peristiwa.
Sejarah sebagai seni adalah
imajinasi terhadap fakta-fakta
sejarah sehingga didapatkan gambaran kehidupan di masa lampau . Jiwa untuk
menghidupkan kembali masa lampau dalam gambaran penulisan mirip seperti seorang
penulis novel atau penyair, namun imajinasi yang dituangkan dibatasi oleh fakta
dan sama sekali tidak menentang fakta. Elemen yang terdapat dalam sejarah tidak
hanya elemen ilmiah tetapi juga elemen seni. Dan elemen seni yang dimaksud
adalah :
1.Intuisi
Intuisi
merupakan kemampuan mengetahui dan memahami sesuatu secara langsung mengenai
suatu topik yang sedang diteliti. Dalam penelitian untuk menentukan sesuatu
sejarawan membutuhkan intuisi dan untuk mendapatkannya ia harus bekerja keras
dengan data yang ada. Seorang sejarawan harus tetap ingat akan data-datanya,
harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang terjadi
sesudahnya. Berbeda dengan seorang seniman jika ingin menulis mungkin ia akan
berjalan-jalan sambil menunggu ilham sebelum melanjutkan proses
kreatifnya. Kerja seorang sejarawan tidak cukup hanya mengandalkan metode dan
rasionalitas yang dimilikinya, melainkan pula memerlukan intuisi yang
berlangsung secara naluriah. Ini terjadi bukan saja dalam tahap interpretasi
ataupun historiografi, melainkan berlangsung pada seluruh proses kerja
sejarawan
2.Emosi
Emosi
merupakan luapan perasaan yang berkembang. Emosi diperlukan guna mewariskan
nilai-nilai tertentu asalkan penulisan itu tetap setia pada fakta. Dengan
melibatkan emosi, mengajak pembaca seakan-akan hadir dan menyaksikan sendiri
peristiwa itu. Sejarah yang dibahas adalah sejarahnya manusia. Bercerita
tentang sejarah harus mampu menghadirkan objek ceritanya kepada pembaca atau pendengarnya
seolah-olah mereka berhadapan sendiri dengan tokoh yang diceritakan. Sejarawan
memerlukan empati (perasaan) dengan segala rasa kasih sayang (afeksi) nya.
3.Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan cara khas dalam
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Gaya bahasa
diperlukan sejarawan guna menuliskan sebuah peristiwa. Gaya bahasa yang baik
yaitu yang dapat menggambarkan detail-detail sejarah secara lugas dan tidak
berbelit-belit.
4. imajinasi.
Imajinasi
merupakan daya pikiran untuk membayangkan kejadian berdasarkan kenyataan atau
pengalaman seseorang (khayalan). Imajinasi diperlukan sejarawan untuk
membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, serta apa
yang akan terjadi. Imajinasi membantu untuk mampu membayangkan bagaimana proses
sejarah itu terjadi. Sekalipun sejarah tak dapat dilepas dari imaginasi, namun
sejarah tetap sejarah dan bukannya fiksi. Kebenaran objektivitas dan faktual
sejarah tetap menjadi landasan kerja bagi seorang sejarawan.
Jadi
meskipun sejarah disusun berdasarkan bahan-bahan secara ilmiah, tetapi
penyajiannya menyangkut soal keindahan bahasa, dan seni penulisan; maka kita
cenderung untuk menyimpulkan bahwa sejarah termasuk juga sebagai karya seni,
tetapi yang benar-benar seni juga tidak, sebab proses penelitiannya dilakukan
secara ilmiah. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam proses penelitiannya
sumber sejarah bersifat ilmiah, tetapi dalam taraf penulisannya sejarah
bersifat seni.
Sejarah sebagai
seni merupakan suatu kemampuan menulis yang baik dan menarik mengenai suatu
kisah/ peristiwa di masa lalu. Seni dibutuhkan dalam penulisan karya sejarah
karena Jika hanya mementingkan data-data maka akan sangat kaku
dalam berkisah. Tetapi jika terlalu mementingkan aspek seni maka akan
menjadi kehilangan fakta yang harus diungkap. Sehingga seni dibutuhkan untuk
memperindah penuturan/ pengisahan suatu cerita. Seperti seni, sejarah juga
membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa. Seorang sejarawan sebaiknya mampu
mengkombinasikan antara pengisahan (yang mementingkan detail dan fakta-fakta)
dengan kemampuannya memanfaatkan intuisi dan imajinasinya sehingga dapat
menyajikan peristiwa yang objektif.
Casino Site Review & Ratings | Lucky Club
BalasHapusLucky Club is one of the oldest luckyclub.live casino sites with the most famous names in the world of online gambling. It has been running since 1998. It is a safe