Selasa, 24 Juni 2014

pengantar ilmu sejarah




1.PENGERTIAN SEJARAH
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa yang terjadi di masa lampau dengan menggunakan disiplin ilmu yang metodologis untuk mengungkap  fakta sehingga dapat bersifat objektif . Sejarah menceritakan tentang  peristiwa yang di alami oleh manusia dalam perspektif tertentu sehingga dapat dijadikan acuan kehidupan sebagai suatu pandangan untuk perbaikan dikehidupan atau masa yang akan datang.
2. PENGERTIAN SEJARAH MENURUT BEBERAPA SEJARAWAN
1.IBNU KHALDUN
Sejarah adalah catatan masyarakat umat manusia atau   peradaban dunia tentang :
1.  Perubahan-perubahan yang terjadi pada watak itu, seperti keliaran, keramah-tamahan  dan solidaritas golongan;
2. Revolusi-revolusi dan pemberontakan-pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan yang lain dengan akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara- negara dengan tingkat bermacam-macam; macam-macam dan kedudukan orang, baik untuk mencapai penghidupannya maupun dalam bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan
3. Segala perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri.
2.HERODOTUS
Sejarah itu tidak berkembang kearah masa depan dengan tujuan pasti,  namun bergerak seperti lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia.

3.SIDI GAZALBA
Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang telah berlalu.
4.ARISTOTELES
Sejarah berhubungan dengan hal-hal partikular dan hal-hal yang sudah terjadi
5. W.H. WALSH
Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
6. COLINGWOOD
Sejarah merupakan ilmu atau suatu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang masalah tindakan manusia pada masa lalu.
7. EDWARD HARLOTT CARR
Sejarah adalah proses interaksi antara sejarawan dengan fakta-fakta yang ada padanya, suatu dialog tiada henti-hentinya antara masa sekarang dengan masa silam.
8. ROESLAN ABDULGANI
Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
9. MOH. YAMIN
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.
10. R. MOH. ALI
Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut:
1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
11. SARTONO KARTODIRJO
Sejarah dibatasi oleh dua pengertian, yaitu sejarah dalam arti subjektif dan sejarah dalam arti objektif. Dalam arti subjektif, adalah bentuk yang disusun oleh penulis sebagai sebagai suatu uraian atau cerita. Dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian atau peristiwa sejarah itu sendiri, terlepas dari unsur-unsur subjektif penulisnya.
12. KUNTOWIJOYO
Sejarah memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu, membicarakan dalam rentang waktu. Sejarah bersifat ideografis, karena sejarah selalu menggambarkan, menceritakan, dan memaparkan sesuatu. Sejarah bersifat unik, karena peristiwa sejarah hanya terjadi pada saat dan waktu tertentu, tidak terulang lagi dan hanya sekali terjadi. Sejarah juga bersifat empiris, artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sebenarnya.

3.KATA SEJARAH DIANALOGIKAN DENGAN SYAJARATUN
            Kata sejarah  diadopsi dari bahasa Arab, yaitu dari  kata Syajaratun yang artinya  pohon, yang di gunakan untuk melambangkan silsilah orang-orang besar atau orang-orang yang memiliki peranan dalam kehidupan . Dikatakan demikian, karena dulunya sejarah merupakan cerita yang mengisahkan silsilah orang-orang besar di kalangan bangsa arab. Mereka mengenal juga kata syajarah annasab, artinya pohon silsilah. Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
Juga dapat di deskripsikan bahwa pohon merupakan suatu simbol, yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon itu memiliki hubungan yang saling terkait dan membentuk pohon tersebut menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif, tidak pasif . Dengan adanya lambang pohon itu, dapat menunjukkan adanya suatu pertumbuhan dan perkembangan. Begitu pula dengan sejarah akan terus berkembang seiring dengan perdaban kehidupan manusia.
Kalau kita kaitkan pengertian syajaratun dengan kehidupan manusia yang merupakan objek sejarah, dapatlah mengandung arti bahwa manusia itu hidup akan terus bergerak tumbuh seiring perjalanan waktu dan tempat atau ruang di mana dia berada. Kehidupan bukanlah sesuatu yang diam atau statis, tetapi sesuatu yang terus-menerus tumbuh dan berkembang. Kesinambungan manusia dalam kehidupannya diikat oleh waktu dan ruang. Ada masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan dating. Ketiga-tiganya menunjukkan adanya kesinambungan. Masa lalu akan menentukan masa sekarang, dan masa sekarang akan menentukan masa depan.Waktu dalam pengertian ini dapat diartikan jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan bentuk waktu yang lainnya. Ruang adalah tempat di mana manusia itu tinggal, misalkan di desa, kota, kampung, dusun, dan lain-lain. Dengan uraian contoh tersebut, dapatlah dinyatakan bahwa ciri penting dari sejarah adalah adanya konsep waktu dan ruang. Jadi, sejarah pada dasarnya bukan hanya bicara masa lalu, sejarah pada dasarnya berbicara kehidupan manusia dalam konteks waktu dan ruang.
4.SEJARAH SEBAGAI KISAH
                Sejarah sebagai kisah sifatnya subjektif dan objektif karena keduanya tidak dapat dipisahkan dalam penulisan sejarah sebagai kisah. Sejarah sebagai kisah dapat berupa narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran penulis terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah sebagai kisah dapat diulang, ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Namun Untuk mewujudkan sejarah sebagai kisah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber sejarah agar lebih objektif dan kebenarannya dapat dipertanggunjawabkan.
Fakta-fakta yang dijadikan data tersebut kemudian disusun berdasarkan perkembangannya sepanjang waktu (diakronik) dan dijelaskan menjadi tulisan sejarah (historiografi). Dalam mengeksplanasikan (menjelaskan) fakta sejarah maka pasti melalui tahap interpretasi . Interpretasi (intepretation) merupakan pemberian pemaknaan, penilaian terhadap suatu hal. Semua tulisan sejarah tentu tak lepas dari hasil interpretasi yang diberikan oleh penulis dalam karyanya.  Penulis memasukkan pandangannya, ide-idenya, gagasannya dan sebagainya itu dalam tulisannya. Interpretasi muncul ketika seorang penulis sudah memiliki data-data dan ingin menyusun semua data-data itu. Ketika ingin menyusun semua data itu tentu bukanlah hal mudah karena menulis sejarah sebagai kisah membutuhkan daya imajinasi yang tinggi supaya bisa merekontruksi (menyusun kembali) kejadian masa lampau yang telah terjadi. Bagaimana memberi hubungan kausalitas (sebab-akibat) sehingga tersusun historiografi yang kritis untuk menjawab pertanyaan why (mengapa) dan how (bagaimana). Kedua pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan kritis yang membutuhkan analisis yang mendalam yang harus dilihat dari hubungan kausalitasnya. Maka dari sinilah intepretasi menjadi mutlak dibutuhkan dalam memberikan makna supaya lebih hidup dalam suatu historiografi sejarah.
Mengenai obyektivitas yang bisa ditunjukkan oleh para sejarawan atau para ahli sejarah yaitu, bahwa sejarah ditulis berdasarkan metode-metode sejarah. Sejarah merupakan sebuah ilmu. Sejarah memiliki metode sendiri karena syarat sejarah sebagai ilmu yaitu sejarah bersendi pada pengetahuan sejarah yaitu peristiwa. Kemudian syarat kedua adalah memiliki metode yaitu metode sejarah yang berisi heuristik, kritik, intepretasi, historiografi. Sejarah sebagai ilmu juga harus sistematis, bahwa sejarah ditulis secara sistematis berdasarkan hubungan kausalitas dan diakronik sehingga jelas dan mendalam. Kebenarannya tergantung pada metode yang digunakan dan seberapa akurat metode tersebut dipergunakan. Jika metode itu benar-benar dijalankan secara akurat tentu akan mengurangi unsur subyektivitas seorang penulis. Bagaimana seorang penulis harus mencari berbagai sumber yang relevan baik primer maupun sekunder, kemudian setelah itu melakukan kritik baik intern maupun ekstern, kemudian intepretasi dilakukan setelah sumber-sumber data yang didapat telah melalui tahap-tahap sebelumnya sehingga mengurangi unsur penyimpangan yang dimungkinkan jauh dari harapan, baru setelah itu tahap penulisan melalui eksplanasi sehingga terwujud tulisan historiografi. Tetapi tetap saja bahwa obyektivitas dalam sebuah karya manusia dalam hal ini adalah tulisan sejarah harus diperrtanggungjawabkan sebaik dan sebenar mungkin. Semakin kritis dan prosedural dalam penggunaan metode sejarah yang mampu dimengerti dengan baik (komprehensif) maka semakin besar pula tingkat kemungkinan obyektivitasnya.
Jadi sejarah sebagai kisah tidak akan pernah menghilangkan ke subjektivitasannya karena sejarah ditulis berdasarkan pengembaraan analisis pikiran seorang penulis dalam menceritakan kembali peristiwa sejarah. Namun disamping kesubjektifitasannya penulis akan tetap mencari kebenarannya melalui metode-metode yang dimiliki oleh ilmu sejarah sehinggaa kisah sejarah yang ia tulis akan bersifat obyektif dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu tidaklah mudah untuk menulis sejarah apalagi untuk membuat kesimpulan yang bersifat umum.
5.OBJEK STUDI SEJARAH
             Objek studi sejarah adalah manusia yang kaitannya dengan pernyataan hidupnya dan nasib masyarakat, karena sejarah mengajarkan mengenai keberhasilan dan kegagalan perjuangan manusia atau suatu bangsa, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah kita dapat mempelajari kemajuan dan kejatuhan sebuah negara dan perdaban, juga mempelajari peristiwa politik yang pengaruhnya pada kehidupan suatu bangsa.
6. PENGERTIAN DARI “ SEJARAH TANPA SUMBER TIDAK AKAN MENJADI SEJARAH, TAPI TUMPUKAN SUMBER BUKANLAH SEJARAH
            Sejarah merupakan ilmu yang kebenarannya harus di buktikan dengan sumber-sumber sejarah baik berupa dokumen, rekaman dan hal-hal yang ditemukan untuk membantu dalam penyajian kebenaran sutu kisah sejarah. Karena dengan sumber-sumber tersebut sejarawan dapat merekonstruksi sejarah dengan proses metodologi sejarah agar tersusun secara sistematis. Namun jika tumpukan sumber sejarah tersebut tidak diseleksi secara ilmiah maka belum dapat dikatakan sejarah. sumber itu merupakan sumber lepas dan belum dianggap sejarah semuanya baru merupakan catatan peristiwa (kronik), dan bukan sejarah. Semuanya baru bisa dikatakan sejarah setelah dirangkai, disusun oleh seorang sejarawan
7. HEURISTIK DAN KRITIK
Heuristik adalah suatu teknik, mencari dan mengumpulkan sumber. Jadi Heuristik dalam metode sejarah adalah suatu tahap mencari, mengumpulkan, menghimpun sumber-sumber, jejak-jejak sejarah yang relevan yang diperlukan untuk dijadikan informasi. Tahap ini merupakan tahap pertama yang harus dilakukan dalam merekonstruksi peristiwa masa lampau. Ketika kita akan merekonstruksi masa lampau, kita harus melakukan pencarian sumber, dalam pencarian sumber perlu diketahui mengenai jenis-jenis sumber. Sumber dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber tertulis (dokumen, arsip, surat, buku, koran), sumber benda (foto, makam, masjid), dan sumber lisan. Berdasarkan asal-usulnya, sumber dapat dibagi menjadi dua , yaitu Sumber primer adalah sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa terjadi. Sumber sekunder adalah sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa Penelusuran sumber-sumber ini dapat dilakukan di tempat yang memungkinkan seperti perpustakaan, arsip nasional/daerah, museum, dan dokumen pribadi atau lembaga. Tentu saja, sumber yang dicari di tempat-tempat tersebut harus berkaitan dengan objek atuu peristiwa  masa lampau yang hendak direkonstruksi untuk dibuktikan kebenarannya .
Kritik merupakan tahap yang digunakan untuk mempertimbangan baik buruk nya  suatu hasil karya. Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber yang diperlukan, apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu. Dengan kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber (otentisitas). Kritik intern menilai kebenaran data dalam sumber (kredibilitas). Keaslian sumber (otentisitas) adalah peneliti melakukan pengujian atas asli tidaknya sumber, berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis, maka harus diteliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya,kata-katanya, dan hurufnya. Kebenaran sumber (kredibilitas) yaitu mencari asal muasal sumber berasal karena kesaksian sumber dalam sejarah adalah faktor terpenting dalam menentukan benar dan tidaknya bukti atau fakta itu sendiri. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan.
8. MACAM-MACAM ILMU BANTU SEJARAH
            Ilmu bantu sejarah adalah Ilmu-ilmu yang dapat dijadikan sumber-sumber utama bagi para sejarawan dalam penelitian dan penyusunan kembali (rekonstruksi) sejarah. Ilmu bantu sejarah memiliki fungsi sebagai  berikut sebagai imu atau alat yang membantu analisis secara kritis dan ilmiah. Ilmu bantu tersebut berfungsi sebagai pendukung sejarah .Ilmu bantu sejarah sangat membantu sejarawan agar karya yang dihasilkan benar-benar ilmiah.
ilmu bantu untuk ilmu sejarah antara lain:
1.      Antropologi
Arkeologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda kuno. Dunia arkeologi sangat erat kaitannya dengan asumsi tentang rentang waktu yang sangat panjang. Arkeologi mencakup masa sejarah maupun prasejarah. Arkeologi juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaannya, yaitu dapat dijelaskan bahwa manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya dapat menghasilkan kebudayaan, kebudayaan yang dihasilkan adalah sebuah benda-benda kuno yang dikaji dalam arkeologi. Jadi dengan mempelajari arkeologi kita dapat mendapatkan bukti tentang peristiwa sejarah berdasarkan benda-benda tinggalan pada saat peristiwa tersebut terjadi.
2.      Epigrafi
Epigrafi adalah ilmu bantu sejarah yang menyelidiki sejarah berdasarkan bahan-bahan tertulis di atas benda yang keras.Tujuan utama epigrafi adalah pembacaan tulisan kuno tanpa kesalahan. Hai ini sangat ditekankan karena tulisan-tulisan kuno itu memang sukar dibaca oleh berbagai sebab. Sebab-sebab itu antara lain : (1) huruf-hurufnya rusak karena bahan prasastinya hangus akibat usia, (2) tiap-tiap periode bentuk hurufnya mengalami perkembangan, (3) huruf itu sendiri memang sudah tidak terpakai lagi. Lain pada itu epigrafi juga bertugas menentukan usia, asal tulisan, serta menentukan kesalahan-kesalahan yang menyelinap dalam teks kemudian membersihkannya. Jadi dengan mempelajari Epigrafi dapat memberikan bantuan sejarah dalam menemukan sumber tertulis tentang kapan terjadinya peristiwa itu.
3.      Filologi
Filologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang naskah-naskah kuno. Menurut kamus, istilah filologi adalah ilmu yang menyelidiki kerokhanian suatu bangsa dengan kekhususannya atau menyelidiki kebudayaan berdasar bahasa dan kesustraannya.
Filologi menstudi tentang kebudayaan bangsa yang beradab yang terungkap dalam bahasa, sastra, dan agama mereka.
Pentingnya sastra bagi sarana penelitian filologi, karena sastra bukan hanya milik bersama masyarakat, bukan hanya diturunkan lewat generasi, namun sastra juga berfungsi sebagai media ekspresi ide-ide untuk jangka waktu yang lama, pembentuk norma bagi generasi sezaman maupun penerus. Sastra menampilkan gambaran kehidupan yang mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang-orang dan peristiwa yang terjadi dalam batin manusia. Filologi sebagai salah-satu ilmu bantu sejarah memberikan bantuan  untuk mengenal teks-teks yang berisi informasi menggunakan bahasa asli masa lampau secara sempurna kemudian menempatkannya dalam konteks sejarah kebudayaan suatu bangsa.
4.      Ilmu-ilmu sosial
Objek sejarah yakni manusia yang merupakan makluk sosial memiliki kebudayaan yang tercipta melalui interaksi sosial, dan Untuk mempelajari masyarakat dan budayanya, maka seorang peniliti tentu sangat membutuhkan ilmu yang digunakan untuk mempelajarinya. Ilmu-ilmu social seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, antropologi, politik  menjadi salah satu ilmu yang penting dalam perkembangan ilmu sejarah. Konsep-konsep ilmu sejarah inilah yang digunakan sebagai alat untuk mengkaji sejarah yang analitis-kritis serta ilmiah.
Ilmu-ilmu bantu ini digunakan sejarawan sebagai sumber utama dalam penyusunan kembali (rekontruksi) peristiwa sejarah. Untuk merekontruksi peristiwa sejarah, ilmu-ilmu bantu ini disesuaikan dengan periode dan topik. studi sejarah yang komphrehensif dan multidimensional memerlukan bantuan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial untuk menjelaskan suatu gejala sejarah.

9.FUNGSI SEJARAWAN PADA SUMBER-SUMBER SEJARAH
Fungsi utama sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah yaitu merekonstruksi Sejarah berdasarkan sumber-sumber yang telah dicari dan ditemukan melalui proses metode-metode sejarah. Sejarah barulah menjadi sejarah jika bahan-bahan sejarah telah dirangkai oleh sejarawan menjadi suatu kisah. Walaupun bahan-bahannya telah teruji secara ilmiah, namun penulisannya tergantung dari penafsiran dan imajinasi para sejarawan. Penulisan sejarah secara imajinatif akan menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih bararti, serta lebih menarik.  Apabila seseorang menulis (sejarah sebagai kisah), berdasarkan jejak-jejak masa lampau yang berupa sumber-sumber yang telah diseleksi secara ilmiah, maka sumber itu merupakan sumber lepas dan belum dianggap sejarah. Hasil penelitian terhadap sumber-sumber itu barulah menjadi bahan-bahan dalam penyusunan penulisan sejarah sebagai kisah. Bahan-bahan lepas, daftar atau deretan angka-angka tahun serta catatan-catatan peristiwa itu semuanya baru merupakan kronik, dan bukan sejarah. Semuanya baru bisa dikatakan sejarah setelah dirangkai, disusun oleh seorang sejarawan atau peminat sejarah dengan menggunakan metode sejarah. Dengan demikian jelas bahwa, meskipun seseorang menulis suatu kisah/sejarah berdasarkan sumber-sumber yang sama belum tentu hasilnya akan sama. Perbedaan itu bukan dalam data, ataupun sumbernya, tetapi penafsirannya dan penyimpulannya
10. SEJARAH SEBAGAI ILMU DAN SENI
Sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan  tentang peristiwa dan cerita yang terjadi dalam masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur, dan metode, serta teknik ilmiah yang diakui oleh para pakar sejarah (sejarawan). Sejarah sebagai ilmu mempelajari sejarah sebagai aktualitas dan mengadakan penelitian, serta pengkajian tentang peristiwa dan cerita sejarah. Metode dan teori yang dimiliki oleh sejarah berupaya untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan. Teori  yang dipergunakan Sejarah sebagai ilmu bersifat empiris dan tetap berupaya menjaga objektiviatsnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya menghilangkan subjektifitas.
Sejarah memenuhi persyaratan sebagai ilmu yakni :
1.Memiliki Tujuan
Ilmu memiliki tujuan sendiri untuk membedakan dengan ilmu yang lain. Artinya, dengan memiliki tujuan, sesuatu ilmu akan dibatasi oleh objek material atau sasaran yang jelas. objek kajian sejarah adalah kehidupan manusia masa lampau, yang selanjutnya dapat dikaitkan dengan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang sebagai kontinuitas kehidupan. Sejarah memiliki ruang lingkup yang jelas, yakni apa yang dipikirkan, dilakukan, dan dirasakan oleh manusia.
2.Memiliki Metode
Metode dalam arti yang luas adalah cara atau jalan untuk melakukan sesuatu menurut aturan tertentu. Dengan menggunakan metode, maka seseorang dapat melakukan kegiatan secara lebih sistematis. Dengan demikian kegiatan tersebut bersifat lebih praktis sehingga dapat mencapai hasil maksimal. Kumpulan pengetahuan yang memiliki metode akan dapat tersusun secara lebih sistematis, sehingga lebih mudah dipelajari. Tanpa suatu metode, suatu pengetahuan mengenai apa pun tidak dapat digolongkan ke dalam ilmu. Sejarah memiliki metode tersendiri dalam kerangka penelitiannya, yakni metode sejarah meliputi pengumpulan, mengadakan penilaian sumber (kritik), penafsiran data dan penyajian dalam bentuk cerita sejarah (historiografi).
3.Pemikiran yang Rasional
Ilmu hanya dapat dipahami dengan akal pikiran yakni dengan menggunakan penalaran yang sehat. Analisis yang dilakukan terhadap sejumlah pengetahuan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh aturan-aturan logika untuk mencapai suatu kesimpulan. Proses penyimpulan itu disebut penalaran. Demikian pula dengan sejarah, apa yang disajikan dalam bentuk sejarah diusahakan sejauh mungkin mendekati seperti peristiwanya. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis data secara ilmiah dengan menggunakan rasio.
4.Penyusunan yang Sistematis
Penyusunan secara sistematis memungkinkan pengetahuan yang diteliti saling berkaitan dengan bidang ilmu lain sehingga merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain. Dengan demikian, berbagai penge-tahuan tersebut tidak saling bertentangan melainkan dapat runtut dan konsisten. Jadi, yang dimaksud dengan ilmu bukan hanya sekedar kumpulan pengetahuan yang terkumpul menjadi satu. Penyusunan secara sistematis pengetahuan sejarah mulai dari langkah yang pertama (pengumpulan sumber) sampai dengan yang terakhir (penulisan sejarah sebagai kisah).
5. Kebenaran Bersifat Objektif
Pengetahuan ilmiah dapat dikomunikasikan dengan orang lain dan kebenarannya dapat diterima oleh orang lain juga, karena sesuai dengan kenyataan (objektif). Sejarah sepanjang menyangkut tentang fakta adalah objektif. Oleh karena fakta sejarah adalah objektif, maka penulisannya harus berdasarkan fakta tersebut. Dengan demikian, sejarah memiliki kebenaran objektif. Dengan kriteria seperti tersebut di atas, maka jelas bahwa sejarah dapat dimasukkan dalam ilmu tersendiri. Jadi ilmu sejarah memperoleh kedudukan sebagai ilmu setelah berbagai peristiwa sejarah itu diamati sebagai suatu permasalahan dengan cara menganalisis hubungan sebab akibat sedemikian rupa, sehingga dapat ditemukan hukum-hukum sejarah tertentu yang menjadi patokan bagi terjadinya peristiwa.
Sejarah sebagai seni adalah imajinasi terhadap fakta-fakta sejarah sehingga didapatkan gambaran kehidupan di masa lampau . Jiwa untuk menghidupkan kembali masa lampau dalam gambaran penulisan mirip seperti seorang penulis novel atau penyair, namun imajinasi yang dituangkan dibatasi oleh fakta dan sama sekali tidak menentang fakta. Elemen yang terdapat dalam sejarah tidak hanya elemen ilmiah tetapi juga elemen seni. Dan elemen seni yang dimaksud adalah :
1.Intuisi
Intuisi merupakan kemampuan mengetahui dan memahami sesuatu secara langsung mengenai suatu topik yang sedang diteliti. Dalam penelitian untuk menentukan sesuatu sejarawan membutuhkan intuisi dan untuk mendapatkannya ia harus bekerja keras dengan data yang ada. Seorang sejarawan harus tetap ingat akan data-datanya, harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang terjadi sesudahnya. Berbeda dengan seorang seniman jika ingin menulis mungkin ia akan berjalan-jalan sambil menunggu ilham sebelum  melanjutkan proses kreatifnya. Kerja seorang sejarawan tidak cukup hanya mengandalkan metode dan rasionalitas yang dimilikinya, melainkan pula memerlukan intuisi yang berlangsung secara naluriah. Ini terjadi bukan saja dalam tahap interpretasi ataupun historiografi, melainkan berlangsung pada seluruh proses kerja sejarawan
2.Emosi
Emosi merupakan luapan perasaan yang berkembang. Emosi diperlukan guna mewariskan nilai-nilai tertentu asalkan penulisan itu tetap setia pada fakta. Dengan melibatkan emosi, mengajak pembaca seakan-akan hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu. Sejarah yang dibahas adalah sejarahnya manusia. Bercerita tentang sejarah harus mampu menghadirkan objek ceritanya kepada pembaca atau pendengarnya seolah-olah mereka berhadapan sendiri dengan tokoh yang diceritakan. Sejarawan memerlukan empati (perasaan) dengan segala rasa kasih sayang (afeksi) nya.
3.Gaya Bahasa
 Gaya bahasa merupakan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Gaya bahasa diperlukan sejarawan guna menuliskan sebuah peristiwa. Gaya bahasa yang baik yaitu yang dapat menggambarkan detail-detail sejarah secara lugas dan tidak berbelit-belit.
4. imajinasi.
Imajinasi merupakan daya pikiran untuk membayangkan kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang (khayalan). Imajinasi diperlukan sejarawan untuk membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, serta apa yang akan terjadi. Imajinasi membantu untuk mampu membayangkan bagaimana proses sejarah itu terjadi. Sekalipun sejarah tak dapat dilepas dari imaginasi, namun sejarah tetap sejarah dan bukannya fiksi. Kebenaran objektivitas dan faktual sejarah tetap menjadi landasan kerja bagi seorang sejarawan.
Jadi meskipun sejarah disusun berdasarkan bahan-bahan secara ilmiah, tetapi penyajiannya menyangkut soal keindahan bahasa, dan seni penulisan; maka kita cenderung untuk menyimpulkan bahwa sejarah termasuk juga sebagai karya seni, tetapi yang benar-benar seni juga tidak, sebab proses penelitiannya dilakukan secara ilmiah. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam proses penelitiannya sumber sejarah bersifat ilmiah, tetapi dalam taraf penulisannya sejarah bersifat seni.
Sejarah sebagai seni merupakan suatu kemampuan menulis yang baik dan menarik mengenai suatu kisah/ peristiwa di masa lalu. Seni dibutuhkan dalam penulisan karya sejarah karena Jika hanya mementingkan data-data maka akan sangat kaku dalam berkisah. Tetapi jika terlalu mementingkan aspek seni maka akan menjadi kehilangan fakta yang harus diungkap. Sehingga seni dibutuhkan untuk memperindah penuturan/ pengisahan suatu cerita. Seperti seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa. Seorang sejarawan sebaiknya mampu mengkombinasikan antara pengisahan (yang mementingkan detail dan fakta-fakta) dengan kemampuannya memanfaatkan intuisi dan imajinasinya sehingga dapat menyajikan peristiwa yang objektif.
            








1 komentar:

  1. Casino Site Review & Ratings | Lucky Club
    Lucky Club is one of the oldest luckyclub.live casino sites with the most famous names in the world of online gambling. It has been running since 1998. It is a safe

    BalasHapus